ads

Menebak Alasan JK Melarang Politisasi Masjid, Selamatkan Jokowi Atau Muka Sendiri?

Feednesia.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) memang santer dikabarkan tidak harmonis di awal tahun ini, kemungkinan ini karena ada perbedaan pendapat mengenai Pilkada DKI Jakarta yang berlangsung di tahun 2017 dimana jagoan dari JK menang telak atas jagoan Jokowi.


Ini yang santer digaungkan oleh beberapa pewarta Indonesia, JK meski tidak mengakui secara langsung memang menunjuk Anies Baswedan untuk disodorkan kepada Prabowo Subianto untuk bisa maju dan mendampingi Sandiaga Uno yang berasal dari Gerindra. Tidak tanggung-tanggung, seluruh kerajaan bisnis keluarga JK dan Aksa dikerahkan sumber dayanya untuk mendukung pasangan calon tersebut.

Dalam praktek kampanyenya, Paslon Anies-Sandi dibantu seorang konsultan politik ternama Eep Saefuloh yang menggunakan masjid-masjid di Jakarta untuk melancarkan aksi kampanyenya, meski ada beberapa bantahan dari mereka ini semua, toh bukti di lapangan berkata lain.

Baca Juga : Jusuf Kalla: Sudah Cukup, Pemerintah dan Ormas Jangan Saling Curiga


Ini yang membuat JK seperti kebakaran jenggot karena taktik mereka seakan diketahui publik secara gamblang dan kentara karena mereka dengan cerdik memanfaatkan momen dimana banyak orang Jakarta memeluk agama Islam dan juga pendukung mereka ini memiliki organisasi masyarakat yang bisa digerakkan sewaktu-waktu.

Mengenai politisasi masjid ini sebenarnya JK seperti “Menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri”, bila berbuat sesuatu yang jahat, perkara itu akan terkena kembali kepada kita sendiri. Nah disini analisa pertama penulis, seakan-akan JK sebagai Ketua Dewan Masjid Indonesia ingin menyelamatkan muka sendiri karena taktik mereka sudah diketahui oleh masyarakat banyak.

Tetapi ada analisa lainnya yang cukup mencengangkan dan bikin kaget juga, apakah JK sudah rujuk dengan kubu Jokowi dan ingin menyelamatkan Jokowi dengan melarang masjid sebagai tempat untuk berkampanye?

Pertanyaan besar juga untuk dijawab kali ini, karena satu hal, Jokowi melihat kecenderungan terpilihnya Jokowi untuk kedua kali periode sudah menguat di akar rumput masyarakat Indonesia. Pembangunan yang dilakukan oleh Jokowi (atau juga dengan JK) ini akan membuat beberapa lapisan masyarakat bisa move on dari kubu Prabowo yang benar-benar sudah gelap hatinya bisa terbuka dengan apa yang sudah dilakukan Jokowi di Indonesia selama masa pemerintahannya.

Tetapi tidak dapat dipungkiri juga ada juga pasti alasan lainnya sebagaimana penulis sebutkan diatas, bahwasannya JK masih ingin menyelamatkan muka sendiri. Ingat, JK sudah mengindikasikan untuk pensiun dari dunia politik di tahun 2019 dan ingin fokus untuk bisa bersama keluarganya kembali dan juga mendidik cucu-cucu tercintanya.

Ini yang dilakukan JK adalah ingin memberikan sedikit kado manis bagi dirinya sendiri, atau sedang ingin cuci tangan dan memberikan legacy atau peninggalan yang bagus untuk persiapan pensiunnya di 2019 mendatang. Percaya bahwa JK akan sepenuhnya pensiun?

Kalau penulis sedikit ragu untuk bisa mempercayai sepenuhnya JK akan pensiun di 2019, kemungkinan dirinya comeback lagi di dunia politik bisa saja terjadi. JK dengan kekuasaan ekonominya bisa dengan mudah menaklukkan Indonesia bagian timur, mungkin ini juga dibutuhkan oleh lawan politik Jokowi di 2019 mendatang.

Tetapi yang terjadi sekarang adalah Jokowi bermanuver sendiri untuk bisa merebut hati pemilih di Indonesia bagian timur dengan membangun sarana dan prasarana yang selama Republik Indonesia ini berdiri belum terpenuhi dan terbangun sempurna karena mereka sangat membutuhkannya dengan segera karena dapat membangun ekonomi yang bisa merata dari Sabang sampai Merauke.

Baca Juga : HEBOH!! Video Viral Media Sosial, Anak-anak Berteriak Bunuh si Ahok

Langkah Jokowi ini tentu dipikir matang-matang oleh JK karena kemungkinan Jokowi lah yang akan dikenang legacynya ketimbang dirinya. JK juga masih perlu panggung politik untuk bisa dan dapat pensiun dengan cap baik kepada dirinya.

Kemungkinan langkah JK yang melarang lagi politisasi masjid juga datang dari banyak koleganya di NU, selama ini NU berada di garis depan untuk mencegah politisasi masjid bisa terulang kembali seperti pada Pilkada DKI Jakarta lalu yang memenangkan Paslon Anies-Sandi.

Konflik horisontal di masyarakat kita sudah semakin meresahkan, dimana sesama masyarakat saling diadu dengan dalih kepercayaannyalah yang terbaik, ini yang sangat disayangkan oleh kita semua karena elit politik seakan tidak mengindahkan konflik yang terjadi, menjaga konflik adalah cara terbaik bagi mereka semua untuk bisa mendulang suara kembali di kancah politik selanjutnya. (Asmoro/Seword)
Loading...