ads

Pelaku Bom Bunuh Diri Kampung Melayu Terkait dengan Jaringan MIT

Feednesia.com - The Straits Times, media asal Singapura telah mengkonfirmasi dua pelaku bom bunuh diri yang terjadi di Kampungmelayu, Jakarta Timur pada hari Rabu (24/5/2017) sekitar pukul 21.05 WIB. Kedua orang tersangka tersebut bernama Solihin, yang tercatat bekerja sebagai staf administrasi di Darul Anshor, sebuah sekolah Islam di Poso. 


Satu lagi adalah Ichwan Nurul Salam, lelaki berusia 34 tahun asal Bandung. Kedua nama ini diduga adalah pelaku pengeboman tersebut, berdasarkan investigasi awal dari petugas. Apalagi, jasad kedua orang tersebut ditemukan di lokasi di dekat jenazah anggota Polri yang menjadi korban.

Baca Juga : Menebak Alasan JK Melarang Politisasi Masjid, Selamatkan Jokowi Atau Muka Sendiri?
Bom yang digunakan adalah bom dengan daya ledak rendah. Salah satu pelaku yakni Solihin juga dikaitkan dengan gerakan Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Kelompok tersebut adalah kelompok yang kerap melakukan aksi radikal dan militan di wilayah Poso.

Tujuan dari pengeboman tersebut adalah menyerang Polri, dengan tiga orang anggota Polri yang menjadi korban. Masih belum jelas apa motif dan tujuan sebenarnya dari kejadian saat itu, mengingat pada saat bersamaan rombongan FPI sedang melakukan konvoi menyambut ramadhan.

The Straits Times juga menuliskan Indonesia sebagai negara dengan mayoritas Muslim sudah lama mendapatkan teror semacam ini. Bahkan, media ini juga mengaitkan adanya ratusan orang warga Indonesia yang sudah berbaiat dan bergabung dengan gerakan radikal ISIS. (Sumber : East Jakarta suicide bombers identified, used low-grade explosives: Indonesia police source)

Selain tiga polisi yang menjadi korban tewas, masih ada 10 orang korban luka-luka lainnya yang berada di dekat lokasi saat kejadian terpaksa dilarikan ke RS terdekat.

Hal tersebut mengkonfirmasi tuduhan tak berdasar sebelumnya yang terjadi di media sosial bahwa pelaku adalah seseorang dari pihak pendukung Ahok yang dendam dengan vonis yang jatuh pada Ahok. Apalagi, di twitter, sempat muncul tagar #bom9naga yang ditujukan untuk mengalihkan tuduhan ke kaum yang beretnis tertentu. Salah satunya dibahas oleh penulis Seword, Anisatul Fadhilah di artikel : Licik, Mereka Tuding Bom Bunuh Diri Kampung Melayu Dilakukan oleh Ahokers!

Seperti dilansir sebelumnya, total lima anggota Polri yang menjadi korban dari kejadian ini. Tiga yang meninggal antara lain Bripda Imam, Ridho Setiawan dan Taufan Tsunami. Mirisnya, ketiga orang tersebut meninggal saat sedang bertugas mengawal pawai obor jelang ramadhan yang digelar di daerah tersebut. (Sumber : Detik)

Awalnya, tuduhan juga disematkan pada Wiryawan Indra Wijaya warga Sukabumi, Jawa Barat. Hal itu disebabkan adanya KTP milik Wiryawan yang tertinggal di lokasi kejadian. Ternyata, setelah di-crosscheck, Wiryawan yang masih hidup terkejut dengan tuduhan yang disematkan kepadanya tersebut.

Melalui detik.com, Wiryawan mengaku pernah menitipkan KTP miliknya di Bogor sekitar 8 bulan yang lalu. Selanjutnya, ia lupa mengambil lagi KTP tersebut, kemudian KTP itu hilang. Tidak jelas kenapa KTP miliknya tiba-tiba berada di lokasi kejadian. Namun, Kapolres Sukabumi, AKBP Rustam Mansur mengkonfirmasi bahwa Wiryawan tidak terkait dengan kejadian tersebut.

Baca Juga : Bom Kampung Melayu, Upaya Merontokkan Wibawa Pemerintahan Jokowi dan Pembubaran HTI?

Sementara itu, detik.com juga mengkonfirmasi bahwa ledakan bom tersebut adalah bom panci. Hal itu mengindikasikan adanya kaitan antara bom ini dengan aksi pengeboman lain yang juga menggunakan jenis bom yang sama. Saat ini, rumah kedua tersangka sedang digeledah oleh anggota Polri. Untuk keperluan investigasi dan penyelidikan, keluarga dari terduga pelaku juga dibawa oleh anggota.

“Ini kan fenomena global, sekarang mengenai terorisme dan radikalisme di manapun bukan hanya di Indonesia itu memang sasarannya anggota Polri. Ini fenomena global, kalau di Indonsesia anggota Polri, anggota keamanan,” jelas Wakapolri Komjen Syafruddin, dilansir dari detikcom.
Hingga saat ini, ada lima orang yang tercatat meninggal dalam kejadian tersebut. Selain tiga orang anggota Polri yang sudah disebut di atas, dua lainnya adalah terduga pelaku pengeboman tersebut. Dua jenazah tersebut saat ini tengah menjalani tes DNA. Tes DNA dirasa perlu, sebab meski wajah pelaku masih sedikit bisa dikenali, namun tubuhnya sudah hancur semua. Oleh sebab itu, diperlukan tes DNA untuk memastikan identitas para terduga pelaku tersebut. Ditambah lagi, petugas juga mendalami bukti lain seperti rekaman CCTV, yang diharap dapat membuka tabir dari kasus ini. (Adhyra Iryanto/Seword)
Loading...