ads

Kampung Melayu Berduka, Siapa yang Bertanggung Jawab Atas Kejadian Ini?

Feednesia.com - Lagi-lagi negeri ini harus kembali berduka. Rabu malam (24/5/17) tepat pada pukul 21 lewat 46 menit, Polda Metro Jaya menginformasikan adanya sebuah ledakan besar di dekat Terminal Bus Kampung Melayu, Jakarta Timur. Ledakan diduga berasal dari bom bunuh diri. Informasi itu disampaikan melalui akun Facebook TMC Polda Metro Jaya.


Ironisnya, bom ini meledak tak lama setelah acara Mata Najwa di Metro TV yang bertajuk “Menangkal yang Radikal” usai digelar.

Kita tahu, pelaku bom bunuh diri bisa dipastikan adalah orang-orang dari kaum radikal yang mengatasnamakan jihad. Entah pemahaman Agama seperti apa yang mereka miliki hingga harus mengorbankan nyawa orang lain demi meraih surga.

Sulit dikatakan bahwa kejadian teror kali ini sebuah kebetulan. Mereka meledakkan bom di tengah gencarnya langkah Pemerintah dalam memberantas paham radikal. Kebetulankah? Sama sekali tidak!

Para pelaku teror ini terkesan sengaja ingin menunjukkan eksistensinya. Sekaligus menggiring opini bahwa wacana pemberantasan radikalisme itu hanya omong kosong. Terbukti mereka masih bisa dengan leluasa melancarkan serangan teror mereka.

Baca Juga : Bom Kampung Melayu, Upaya Merontokkan Wibawa Pemerintahan Jokowi dan Pembubaran HTI?

Hal ini menjadi sebuah peringatan keras bagi Pemerintah bahwa harus benar-benar ada ketegasan dan langkah yang jelas dalam menangani radikalisme. Jika tidak, maka mereka akan semakin menggurita dan akhirnya menguasai negara.

Memang kalau dilihat secara sepintas, mereka ini adalah mujahidin yang memperjuangkan Agama (yang sering Islam). Pengemasan pergerakan mereka pun sangat terlihat religius, sehingga orang awam melihat bahwa mereka adalah orang-orang mulia yang berjuang di jalan Tuhan.

Namun sebenarnya bukan. Mereka adalah kumpulan orang-orang yang memiliki kepentingan dengan tujuan akhir untuk menguasai suatu wilayah. Jadi mereka bukanlah kelompok yang berusaha mensyi’arkan Agama. Sama sekali bukan!

Karena kalau berbicara soal Agama, tak ada Agama apa pun yang mengajarkan kekerasan. Bahkan jika dalam Islam, alih-alih meledakkan bom demi mendapatkan bidadari, membunuh seekor nyamuk pun menjadi sebuah larangan jika tidak benar-benar diperlukan.

Jadi jika orang berpikir bahwa Islam adalah Agama teroris, itu adalah sebuah kesalahan besar. Karena Islam adalah Agama yang Rohmatan Lil ‘Alamin. Kalau pun sering kita jumpai teroris-teroris itu memeluk/mengaku Islam, itu hanyalah oknum yang salah dalam memahami Islam.

Secara singkat, terorisme merupakan sebuah akibat dari dangkalnya pemahaman Agama yang dimanfaatkan oleh segelintir orang atau sebagian kelompok/negara yang sedang berusaha meraih kekuasaan dengan cara-cara yang kotor.

Sebagai contoh, masyarakat dunia sudah mafhum dengan isu bahwa gerakan-gerakan radikal dan terorisme Internasional seperti ISIS, Al Qaeda, HT dan lain-lain adalah kelompok-kelompok yang didukung bahkan banyak sumber yang mengatakan didanai langsung oleh Zionis Internasional bersama dengan negara-negara adidaya seperti Amerika

Begitupun bom yang terjadi di Kampung Melayu ini merupakan muara dari radikalisme yang sengaja dipelihara oleh kekuatan politik tertentu. Mengapa saya katakan demikian?

Kita masih ingat Pilkada Jakarta yang belum lama ini selesai. Isu SARA sengaja dibiarkan (jika tak mau disebut sengaja dihembuskan) oleh salah satu pihak demi tujuan memenangkan calon mereka. Menjijikkan!

Dimana letak korelasinya? Mudah saja, orang-orang yang mengikuti seruan larangan menyolati jenazah, mimbar-mimbar masjid digunakan untuk mengumbar provokasi serta kebencian dan sejenisnya merupakan kelompok-kelompok yang berafiliasi dengan paham radikalisme. Mayoritas dari mereka bukanlah berasal dari kelompok Islam yang moderat seperti NU dan Muhammadiyah.

Dari situ kita bisa melihat, bahwa radikalisme di Indonesia semakin tumbuh subur karena masih ada pihak-pihak tertentu yang sengaja memelihara. Karena saat diperlukan bisa digunakan sebagai kendaraan yang bisa ditunggangi untuk meraih kekuasaan.

Itulah mengapa saya katakan Bom Kampung Melayu bukanlah suatu kebetulan. Memang kalau dirunut, mungkin saja para pelakunya sudah memilki agenda eksekusi dari operasi mereka.

Tapi mengapa teror itu terjadi saat Pemerintah sedang memproses pembubaran HTI? Mengapa kejadiannya tepat setelah acara Mata Najwa yang bertema “Menangkal yang Radikal” digelar? Kebetulankah?

Sedangkan kita semua tahu bahwa belakangan ini begitu santer berhembus isu rencana pelengseran Presiden Jokowi. Dan kita juga tahu siapa-siapa orang yang menghembuskan isu itu.

Selain itu siapa saja yang nyinyir dengan langkah Pemerintah yang memutuskan pembubaran ormas radikal HTI? Tokoh/kelompok yang mana saja yang terlihat begitu mesra dengan para pendukung gerakan kotor isu SARA belakangan ini?

Saya rasa para pembaca Seword bisa menjawab rangkaian pertanyaan di atas dengan mudah dan benar.

Dengan demikian, siapa yang ikut andil dan bertanggung jawab atas musibah Bom Kampung Melayu tersebut? Saya kira pembaca juga bisa menjawab hal ini.

Terakhir, yang terhormat Bapak Presiden Jokowi beserta segenap jajaran Pemerintah dan Lembaga terkait, mohon ma’af sepertinya kita harus sepakat dengan pernyataan dari mantan Kepala BNPT Bapak Drs. Ansyaad Mbai yang disampaikan di Mata Najwa tadi malam bahwa :

Baca Juga : Batal Naik Banding, Umpan Lambung Ahok ke Jokowi untuk Skak Mat JK dan Prabowo?

“Dalam rangka Gerakan Nasional pemberantasan radikalisme ini diperlukan langkah-langkah konkrit dan strategis hingga hukum-hukum yang diperlukan serta harus berkelanjutan, jangan hanya sebatas wacana!”

Iya benar. Jika tidak, maka pembubaran HTI dan pemberantasan segala bentuk radikalisme lainnya hanya akan menjadi sebuah kenangan. Kami menunggu “gebuk dan tendang” yang telah Bapak serukan. Terima kasih!

Juga tak lupa saya sampaikan duka cita yang mendalam atas musibah yang terjadi di Kampung Melayu. Semoga keluarga korban senantiasa Diberikan ketabahan dan kekuatan. Aamiin!
Begitulah anak desa. (Didit Taufiq/Seword)
Loading...